SERI EKO-SUFISME #16: TUMBUHAN SEBAGAI SAKSI PERBUATAN MANUSIA

Suwito NS

Backster, Cleve Backster seorang mantan investigator CIA, biasa mengorek informasi pada informan atau tersangka kasus-kasus kriminal di lingkungan kerjanya. Dalam melaksanakan kerjanya, dia sering menggunakan alat bantu yang bernama tes deteksi kebohongan (lie detector test). Suatu hari, di saat rehat muncullah pikiran cerdasnya. Ada pertanyaan dalam hatinya, apakah alat ini (deteksi kebohongan/lie detector) bisa dipakai pada selain manusia ?

Dia kemudian iseng mencoba memasangkan alat tersebut pada sebuah pohon (sejenis Palem). Setelah alat terpasang, pohon tersebut diberi stimulus (rangsangan) berupa gertakan. Eksperimen ini belum menuai hasil. Diulangilah eksperimen berikutnya dengan stimulus lain (ancaman disakiti). Belum juga ada respon (jawaban) yang tampak pada alat.

Eksperimen belum usai. Dia memberi stimulus pada pohon yang dipasangi alat itu dengan ancaman serius dengan benar-benar akan membakarnya. Ternyata eksperimennya yang ini berhasil. Pohon tersebut bereaksi, yang reaksinya dapat terbaca melalui alat tersebut. Masih belum yakin dengan eksperimennya, dia mengulang-ulang pada pohon yang berbeda dengan stimulus yang berbeda, akhirnya eksperimen ini memunculkan teori tentang biocommunication atau istilah yang dikenal dengan backster’s effect (efek backster)

Pada eksperimen lain, dia ingin menjawab pertanyaan apakah tumbuhan-tumbuhan dapat sebagai saksi perbuatan manusia ? Dari rasa penasarannya ini, eksperimen dilanjutkan laboratnya. Dia dengan memasang 2 buah pohon, A dan B. Pada pohon B dipasang sebuah alat dan A tidak. Dia juga meminta 6 orang sebagai sukarelawan untuk eksperimen. Dari keenam sukarelawan tersebut, salah satunya ditetapkan sebagai orang yang merusak pohon A. Pertanyataan adalah apakah pohon B merespon perusakan (menjadi saksi perusakan) yang dilakukan salah satu sukarelawan terhadap pohon A ? Jawabannya adalah iya. Melalui alat tersebut, pohon B mengenali dengan tepat bahwa perusaknya adalah si Anu. Alat yang terpasang di pohon B, merespon dengan hebat perusak A saat dikonfirmasi di hadapan pohon B. Sedangkan, dengan kelima orang yang lain pohon B tidak memberikan respon apa-apa.

Penelitian Emoto tentang respon air atas stimulus atau perlakukan terhadapnya menjadi penguat penelitian Backster ini. Ini artinya, dalam kehidupan kita ini, selain malaikat Roqib dan ‘Atit sebagaimana telah diajarkan sejak kecil, ternyata masih banyak saksi atas perbuatan manusia. Di antaranya adalah tumbuhan. Kalau tumbuhan saja bisa menjadi saksi, bisa jadi juga hewan, dan manusia (teman sejawat dan termasuk diri kita: kaki, tangan, dan sel-sel darah, jaringan tubuh lain seperti dalam QS. Yasin: 65) adalah saksi-saksi atas perbuatan kita. Saksi saat di majlis sidang pengadilan dan perhitungan amal (yaum hisab). Bahkan, menurut Rasulullah, tempat duduk shalat kita akan menjadi saksi seseorang.

Dengan demikian, perbuatan baik (seperti: ngaji, membantu, ibadah termasuk menggauli istri) atau buruk (seperti: pembuat dan penyampai kabar bohong [hoax], menghujat, maksiat lain termasuk zina) yang dilakukan seseorang akan disaksikan oleh tempat perbuatan itu dilakukan, kasur, seprai, lampu, tumbuhan, dan badan kita sendiri, hewan-hewan kecil (semut, rayap, kutu, cicak, dan seterusnya) yang mungkin kita tidak sadari keberadaannya. Naudzu billah min dzalik.

Jangan sangka kalau ada muda-mudi yang sedang mojok pacaran di bawah pohon di tempat sepi manusia itu bebas dari pengawasan alam semesta. Seluruh “mata” para saksi akan melaporkan ini pada Sang Penguasa, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan karena Allah tidak tahu, tetapi akan menjadi penguat terjadinya perbuatan itu, baik atau buruk.

 

Allah A’lam bi al-Shawab

Berbagi Ilmu:

6 komentar untuk “SERI EKO-SUFISME #16: TUMBUHAN SEBAGAI SAKSI PERBUATAN MANUSIA”

  1. Sayup-sayup (samar”) saya punya memori tentang sebuah penelitian yang dilakukan pada sebuah kristal es atau sumber mata air murni pada puncak pegunungan (sy lupa apa ini artikel ilmiah, sebuah teori atau fantasi ilmiah) bahwa es atau air tersebut jika diperlakukan sedemikian rupa dan dianalisa mengunakan peralatan khusus + super cangih, dapat ditemukan data sejarah tentang umat manusia secara detail. Mungkin dari manusia pertama, atau bahkan alam semesta pra-manusia sampai sekarang.
    Intinya adalah, bahwa kristal es / sumber mata air pegunungan ternyata merekam segala macam peristiwa, bahkan suara (vibrasi) dari setiap mahluk hidup. Kalau difikir-fikir secara mendalam, dalam hidup ini sebenarnya tidak ada yang baru / lahir, yang ada adalah peralihan dari suatu energi / frekwensi ke energi / frekwensi yang lain. Secara hakikat, bukankah semua yang ada merupakan tajalliNya? Berasal dari Nya & akan kembali kepadaNya?
    Sementara secara materi, bukankah kayu yang terbakar merupakan peralihan dari padat menjadi uap/api serta abu yang kembali ke tanah dan kelak tanah itu akan ditumbuhi pohon lagi…??? Dan akan begitu seterusnya.

    1. kalau ada bukunya, saya pinjam deh…Ada juga penelitian orang LIPI, lupa namanya, dia meneliti aktivitas tumbuhan. Temuannya: pepohonan dzikir secara konstan. Hari yang berbeda dzikirnya berbeda. Misal senin selalu subhanallah, selasa: wal hamdulillah….dan diulang-ulang setiap kembali kehari yang sama. Cuma bukunya saya tidak punya. ini pernah dipresentasikan di televisi sekitar 5 tahun lalu.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *