SERI EKO-SUFISME # 7: OLAH RAGA VS OLAH BATIN

Suwito NS

 

Saat badan kita terasa tidak enak karena sakit, biasanya kita cepat-cepat ke dokter terbaik dan terspesialis untuk berobat. Agar flu, batuk, pilek, diare, dan demam itu segera hilang lenyap. Hal ini karena sakit menyebabkan tidak nyaman dalam diri kita. Dokter kemudian mendiagnosis sakit kita dan kemudian memberi obat atau resep obat.

Tindakan di atas terbilang tepat. Jika tidak, penyakit akan berlarut-larut dan menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dokter akan segera memberikan pertolongan dan atas ijin Allah itulah penyakit akan segera lenyap.

Agar selalu badan kita sehat, kita sering menjaganya dengan olah raga. Di antara kita ada yang memilih senam pagi, atau jogging, badminton, sepak bola, angkat berat, atau olah raga lainnya. Ini dilakukan agar badan selalu sehat, fit, dan bugar.

Di samping itu, agar badan selalu sehat banyak orang yang selalu menjaga kesehatannya dengan cara mengatur pola makan. Misalkan sedikit makan yang asin dan menghindari makanan yang berkolesterol bagi mereka yang terdeteksi hipertensi. Menghindari makan sajian makanan yang berasa manis bagi mereka yang gula darahnya tinggi atau diambang batas tinggi. Masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan dan cara yang kita tempuh sebagai ikhtiyar untuk menjaga agar badan selalu sehat.

Kita seringkali resah, gundah, dan galau dengan keadaan fisik kita. Namun, seringkali kita tidak gundah dengan keadaan batin kita. Kita tidak resah dengan penyakit-penyakit hati kita. Bahkan, kita tidak menyadarinya kalau hati kita ini sedang sakit. Kalau mau fair, harusnya kita melakukan hal yang sama saat hati kita mulai sakit.

Pemilik hati seringkali tidak mengenali dan tidak menyadari kalau hatinya sedang tidak sehat atau bahkan sakitnya sudah sangat parah. Di antara jenis penyakit hati adalah iri dengki, sombong, berpamrih, riya’ (pamer), egois, berat melakukan kebaikan (ibadah), malas, ujub (membanggakan diri), kufur nikmat, dan lain-lain. Pemilik hati yang tidak menyadari dan tidak mengenali hatinya sendiri yang sakit kemudian tidak tergerak untuk melakukan tindakan untuk penyembuhan hati yang sedang sakit itu. Akibatnya, hati semakin sakit dan kronis.

Jika merujuk pada kegiatan penyembuhan fisik dengan pertolongan dokter, maka seharusnya pemilik hati segera mencari dokter spesial penyakit ruhaniyah (hati) untuk membantu menyembuhkan penyakitnya. Kegiatan penyembuhan hati melalui dokter spesialis hati sangat penting. Hal ini karena menurut Baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa hati menjadi sentral acuan kehidupan manusia. Ada segumpal daging dalam diri manusia, Idza shaluhat shaluhal jasadu kulluh, idza fasadat fasada jasadu kulluh, ala wa hiya al-qalb (jika kualitasnya baik, maka baiklah seluruh badannya, jika buruk maka buruklah seluurh badannya, ingatlah dia adalah hati).

Hati dalam term Arab salah satunya dikenal dengan istilah qalb  yang berarti bolak-balik, maju-mundur, dan pulang-pergi. Ciri utama dari hati adalah gerak dinamis. Gerak dinamik dalam artian naik turun secara kualitas. Gerak dinamis inilah yang yang perlu diperhatikan bagi pemilik hati.

Dokter spesialis penyakit hati adalah para mursyid (pembimbing spiritual) yang dapat mengidentifikasi penyakit dan dengan ijin Allah mereka dapat menolong penyembuhannya. Hati yang sakit atau terpuruk di kualitas bawah menyebabkan pemiliknya tidak dapat khusyu’ dalam shalat, sulit ikhlas, jauh dari syukur, egois, cepat marah dan seterusnya.

Kita tahu, bahwa dokter spesialis penyakit fisik yang ada di setiap kota. Demikian juga mursyid spiritual yang disebut Allah sebagai waliyyan mursyida (QS. Al-Kahfi: 17) itu ada di setiap tempat. Hanya saja kita tidak nggeh dan tidak tahu karena mereka tidak pasang papan nama. Kalau mau kita harus mengenalinya dan mencarinya.

Di kehidupan yang sebenarnya ini justru bekal yang akan kita bawa untuk selama-lamanya adalah tergantung keadaan hati kita. Jika sehat, maka akan menjadikan amal menjadi lebih baik, dan sebaliknya. Fisik kita yang justru hanya sampai pada batas umur dunia saja. Namun, kenapa kita justru sayang pada kesehatan fisik yang tidak kekal ? Ini tidak salah, tetapi kurang lengkap kalau hanya memperindah aspek luar atau fisik saja.

 

Allahu A’lam bi al-Shawab

Berbagi Ilmu:

10 komentar untuk “SERI EKO-SUFISME # 7: OLAH RAGA VS OLAH BATIN”

  1. Adalah tidak mudah mendiagnosa kelemahan diri sendiri. Psikolog sekalipun kadang stress namun gagal paham kalo dirinya mengalami stress padahal dia paling jago mendiagnosa stress yang dialami kliennya.

    Bahkan tokoh spiritual juga sering tidak memahami penyakit dirinya.

  2. Smg P. Dosen selalu diberi kesehatan jasmani dan rohaninya oleh Alloh SWT. demikian juga sy minta do’a Pak Dosen, agar saya selalu sehat jasmani dan rohani saya. trimaksih artikelnya. ditunggu artikel selanjutnya.

  3. Dalam sudut pandang psikologi budhisme, ada istilah vedharta (lw tdk slah…), penyebutan untuk ‘hati’ yg kotor. Harus dibersihkan dgn cara
    1.meditasi dlm islam bisa zikir sir atau apa terserah…
    2.Tindakan sosial dlm islam sedekah..dll
    3. Berfikir positip dlm islam khusnuzhon..
    Ktg ini harus berjalan ber iringan shingga bisa bertemu dgn dharma, dlm tasawuf bisa suluk….wallahu ‘alam..

Tinggalkan Balasan ke mrsuwitons Batalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *